Pesantren Persatuan Islam 14 Cisomang Tingkat Tsanawiyah
Boarding and Full day School System
Saturday, February 28, 2015
Monday, September 22, 2014
Pembinaan Kurikulum 2013
Madrasah Tsanawiyah Persatuan Islam 14 Cisomang
Ahad, 21 September 2014
Add caption |
Sembari menunggu dari tim pembinaan, acara dimulai dengan Tausyiah dari Pimpinan Pesantren Persis yaitu al-Ustadz KH. Ahmad Zakaria, beliau mengangkat masalah mengenai sistem pendidikan anak yang diajarkan oleh Rasulullah SAW berupa pembinaan Akhlak dimulia dari Tamyiz 1 yaitu sekitar umur 3-9 tahun dengan menitik beratkan pada aspek kekeluargaan.Kemudian masuk kepada tahapan Tamyiz 2 yaitu sekitar umur 9-18 tahun dengan pembinaan yang bersifat pembentuak karakter sejak dini. Lalu masuk kepada tahapan Tamyiz 3 yaitu umur dewasa sekitar umur 18 ke atas, ini lebih menitik beratkan pada aspek pembiasaan dari peserta didik untuk membiasakan kebiasaan baiknya. Konsep tersebut sejalan dengan apa yang akan dijadikan rujukan dalam penerapan Kurikulum 2013 yaitu Pembinaan Karakter Peserta Didik.
Sekitar pukul 10.30 WIB, Tim Pembinaan dari Bandung akhirnya tiba membawa rombongan 10 orang, mereka adalah para Guru dari SMP Hikmah Teladan Kota Bandung. Selanjutnya acara pun diserahkan kepad Tim Pembinaan dengan dimoderatori oleh Pa Agus TR dan pematerinya yaitu Bapak Idham.
Materi yang disampaikan berupa Panduan Kurtilas berdasarkan Permendiknas tentang Kurikulm 2013, kemudian sistem penilaian, metode pengajaran, dan terakhir adalah Peer Teaching dari Guru SMP Hikmah Teladan dengan para Asatidz sebagai muridnya.
Acara ditutup dengan foto bersama Tim Pembinaan Kurtilas beserta Para Asatidz MTs Persis Cisomang.
Semua senang, semua menang. Mudah-mudahan kegiatan ini menjadikan Madrasah lebih baik lagi (Akhol)
Sejarah Singkat Berdirinya
Madrasah Tsanawiyah Persis 14 Cisomang
Madrasah Tsanawiyah Persis 14 Cisomang berdiri dalam rangka untuk mengantisipasi terjadinya kesenjangan pendidikan yang berkelanjutan di daerah kami.
Kesenjangan yang berkelanjutan ini terjadi karena minimnya sarana pendidikan. Sarana yang ada baru jenjang Raudhotul Athfal dan Diniyah Ula, sementara Diniyah Ula hanya berfungsi sebagai pelengkap dari pendidikan Sekolah Dasar, kerena belum jelasnya jenjang dan orientasi pendidikan setelah menamatkan Diniyah, maka mendorong para pemerhati pendidikan untuk berupaya meningkatkan eksistensinya dengan mendirikan sekolah lanjutan atau disebut juga dengan sebutan sekolah JIHAD (ngaji hari Ahad) dinamai demikian karena pelaksanaannya bertepatan dengan hari Ahad yang dimulai dari jam 09.00 wib sampai dengan 12.00 wib yang bertujuan sebagai pelengkap ( tambahan ilmu keagamaan ) dari pendidikan Sekolah Menengah Pertama dengan materi pelajaran yaitu : Bahasa Arab, ( Nahwu Sharaf ) Tafsir , Tajwid dan ilmu agama lainnya.
Untuk memenuhi program lanjutan Jihad yang berkualitas baik, maka terus diupayakan hingga muncullah gagasan dari para pemerhati pendidikan yaitu Ust Asep Saepul Huda, bapak Yaya Sunarya (pensiunan kepala SDN Cisomang 3) dan Ust Zaenal Aripin, untuk memformalkan pendidikan plus agama yaitu dengan mendidrikan Madrasah Tsanawiyah . Ketiga pemerhati pendidikan ini menghadap ke Mudirul’am Al-Ustadz Drs. H.Ahmad Daerobby serta mengutarakan maksud dan tujuannya, lalu beliau pun meresponnya. Maka bertepatan denga hari Selasa tanggal 14 Agustus 2001 diadakan Musyawarah bersama sesepuh hingga disepakati dan disetujui berdirinya Madrasah Tsanawiyah dengan ditunjuk sebagai mudirnya atau kepala Madrasahnya adalah Saudara Ust Zaenal Aripin.
Disepakati berdirinya Madrasah tsanawiyah ini bertujuan untuk :
1. Mengantisipasi dan menampung siswa-siswi yang lulus dari Diniyah / Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar.
2. Untuk mengantisipasi pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dengan segala dampaknya, maka diperlukan keseimbangan ilmu pengetahuan/teknologi dengan pemahaman keagamaan ( Akhlakul Karimah)
Hal diatas disadari dengan sepenuh hati , bahwa pendidikan plus pelajaran agama yang berkelanjutan mutlak diperlukan agar tercipta manusia –manusia yang tampil sebagai pribadi yang utuh dalam arti yang beriman dan bertaqwa kepada Allah , berakhlak mulia , berkecerdasan , berpengetahuan , dan berketerampilan tinggi , serta memiliki wawasan kemasyarakatan dan kebangsaan sesuai visi dan misi yang ingin dicapai madrasah ini .
Wednesday, September 17, 2014
Daftar Santri Baru
Madrasah Tsanawiyah Pesantren Persis 14 Cisomang
Tahun Pelajaran 2014-2015
Atas Kiri-Kanan : Rahman Hidayat - Ari Ardiyanto - Hasanudin - Farhan MAW - M. Rizal Fauzi - Sidik Aminullah - Sansan Ripaldi - Rizki Fauzi
Bawah Kiri-Kanan : Anifah Cahyani - Nabila Rahmah - Jihan Nuri H - Puri Dwi S - Rosalia K - Anisa Hasna B - Salsabila Sopia
dan masih banyak lagi yang belum Nampak di poto ini.
Ada apa dengan Baiat Santri Persis ??
Oleh : Kholid Barkah
(Guru Bahasa Indonesia)
(Guru Bahasa Indonesia)
Dengan didirikannya Pesantren Persis oleh A. Hassan pada tahu 1943 di Pajagalan, Bandung, menjadi titik tolakan perjuangan dakwah dalam bidang pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan Generasi Rabbani, berakhlakulkarimah serta tafaquh fiddin. Sistem pendidikannya pun dikemas seefektif mungkin yang berdasarkan pada Al-Quran dan As-Sunnah yang menjadi landasan filosofis didirikannya Persatuan Islam.
Sebagai sebuah Jam’iyyah, Persis menempatkan kadernya di barisan paling depan dalam hal mendobrak aktivitas-aktivitas masyarakat yang bertolak belakang dengan ideologi yang dianutnya. Walaupun terkadang Persis sering menjadi penentang lawan bagi masyarakat yang tidak sepaham dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Maka tak heran Persis pada masa pendiriannya dicap sebagai organisasi masyarakat Islam yang ekstrim dalam menentang segala aktifitas ibadah dan mu’amalah yang tidak sesuai pedomannya. Persis banyak berdebat dengan ahli-ahli bid’ah, Islam tradisionalis, bahkan berdebat dengan Ahmadiyah. Sang guru Persis A. Hassan mampu menyaingi pemahaman dan pemikiran lawan debatnya. Walaupun kenyataanya Persis tidak menampakkan diri untuk terjun langsung melawan aktivitas-aktivitas keagamaannya. Tapi dalam hal pemikiran, Persis selalu menampakkan diri, berdebat langsung denga tokoh-tokoh mereka, sehingga Persis dapat menemukan titik permasalahan pemikiran mereka yang keliru. Dari sanalah Persis berdakwah dengan cara yang baik, bil mau’idhotil hasanah. Tentunya banyak diantara kita yang belum bisa menangkap pemikiran mereka yang keliru itu. Hasilnya, banyak pemikiran kita yang belum mampu menerobos aktivitas-aktivitas keagamaan mereka.
Sebagai wahana dakwah, Pesantren Persis harus bisa mengarahkan santrinya dalam segala aktivitas yang didasarkan pada prinsip Al-Quran dan As-Sunnah. Dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, seluruh kegiatannya bermanfaat dan tentunya menghasilkan pahala yang akan menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan akhirat. Seperti kegiatan membaca Al-Quran, sholat lima waktu, shaum sunnah atau wajib. Atau kegiatan yang bersifat mengubah karakter, seperti dibiasakan tidak berbohong, tidak mengejek sesama makhluk Allah, tidak mencuri, tidak bersikap sombong (riya/sum’ah), tidak bertengkar, dan sebagainya. Atas dasar tersebut, di Pesantren Persis diadakanlah janji setia santri kepada Allah S.W.T. dihadapan guru (asatidz pesantren) yang dikenal sebagai “Bai’at Santri Persis” setiap seminggu sekali, ada juga yang melakukannya setiap hari. Isi bai’at tersebutlah yang nantinya akan menjadi ruh setiap santri dalam menjalankan roda kehidupan yang terus berputar, yang memaksanya untuk masuk ke dalam zaman yang serba modern sehingga keluar dari zona amannya.
Kegiatan bai’at ini menjadi adat kebiasaan di seluruh pesantren Persis dari mulai tingkat RA/TK, Madrasah Ibtidaiyah/Diniyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah (Mu’allimin). Para santrinya bergema mengucapkan isi bai’at yang kebanyakan berisi tentang pembinaan karakter yang diajarkan Rosulullah S.A.W.
Seiring berjalannya waktu, bai’at ini hanya menjadi sebuah tradisi yang semu, tak berbekas, tidak menjadi ruh, hanya diucapkan dibibir tapi tidak diamalkan secara konsisten.
Jika dicermati dengan sekasama, isi bai’at tersebut sarat dengan makna pendidikan yang dicontohkan oleh Rosulullah S.A.W. untuk membina karakter umatnya. Seperti tidak berbohong, maka harus berkata dengan jujur, tidak mengejek sesama, jika dilaksanakan akan ada hati yang terluka. Imbasnya adalah saling dendam antara satu dengan yang lain. Ukhuwah tidak terwujud, kasih sayang tidak tercapai, kebohongan merajalela. Kalaulah bai’at tersebut dilaksanakan sebaik-baiknya dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, rasanya tidak ada santri persis yang ikut tawuran, durhaka terhadap orang tua, malas belajar , mencuri, tawuran antar pelajar, seks bebas, dendam yang berkepanjangan, saling ejek, dan sebagainya. Para santri yang akan menjadi penerus dakwah Islam, tidak akan ragu lagi dalam menghadapi zaman, tatkala prinsip dakwah pendidikan yang tercantum dalam Bai’at Santri Pesantren Persis diamalkan serta direalisaikan kehidupan ini.
~Wallahu a’lam bis showab~
Monday, September 15, 2014
NILAI SEBUAH KEBAIKAN
Secara bahasa (Indonesia), menurut KBBI, baik artinya elok; patut; teratur (apik, rapi, tidak ada celanya, dsb): mujur; beruntung; berguna; manjur; sembuh; pulih; selamat (tidak kurang suatu apa). Kebaikan artinya sifat baik; perbuatan baik, kegunaan; dan sifat manusia yang dianggap baik menurut sistem norma dan pandangan umum yang berlaku.
Bagaimana kebaikan menurut Islam? Rasulullah Saw sebuah haditnya menegaskan: “Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah apa saja yang meragukan jiwamu dan kamu tidak suka memperlihatkannya pada orang lain.” (HR. Muslim)
“Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu. Sedangkan dosa adalah apa yang menyebabkan hati bimbang dan cemas meski banyak orang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kebaikan.” (HR. Ahmad, Thabrani, dan Al Baihaqi).
BERSAMBUNG.....
Bagaimana kebaikan menurut Islam? Rasulullah Saw sebuah haditnya menegaskan: “Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah apa saja yang meragukan jiwamu dan kamu tidak suka memperlihatkannya pada orang lain.” (HR. Muslim)
“Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu. Sedangkan dosa adalah apa yang menyebabkan hati bimbang dan cemas meski banyak orang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kebaikan.” (HR. Ahmad, Thabrani, dan Al Baihaqi).
BERSAMBUNG.....
Sunday, May 25, 2014
Subscribe to:
Posts (Atom)